Selasa, 05 April 2011

Ironi Ibu dengan Eklamsia

Sebelum aku memulai menulis blog aku yang geje ini, aku ingin menyampaikan terima kasih dan permohonan ma’af sebesar-besarnya gunung Mount Everest, Sedalam-dalamnya lautan pasifik dan laut Mati, Setinggi-tingginya Air terjun Angel Falls, Seluas-luasnya Benua Asia, kepada Teater Lisema, Rumah Bahagia dimana aku dapat tinggal, dan tempat dimana Kreatifitas, Inspirasi dan Nafsuku tidak dikunci. Terutama untuk leluhur-leluhur Teater Lisema, Kang Wimba yang udah buat naskah dan jadi sutradara, juga Kang Daud yang udah sibuk nentuin lagu, tata lampu de el el, juga Teh Sinta yang udah bantuin make up waktu ngisi acara Ismakes kemaren.
Satu hal dari peran yang kang Wimba berikan kepadaku, dan itu cukup untuk membuatku menangis tiga-harian di kamar kost dan menangis seharian di kamar rumah. Bukan karena masalah geistureku yang tidak kunjung membaik, namun ada suatu istilah yang membuatku cukup miris mendengarnya, istilah itu adalah Eklamsia. Ya, dalam pementasan kali ini aku berperan sebagai seorang ibu hamil 9 bulan yang akan melahirkan, namun sayang si ibu memiliki gejala tekanan darah tinggi. Dalam istilah kedokteran kondisi tekanan darah tinggi pada kehamilan disebut Eklamsi (tepatnya kalo belon nyampe kejang namanya pre-Eklamsi) dimana si ibu akan merasa pusing luar biasa, kakinya membengkak, de el el. Namun jika sudah mencapai Eklamsi, maka si Ibu akan mengalami kejang-kejang, tak lama kemudian si Ibu akan jatuh tidak sadarkan diri, bahkan si Ibu dan Bayi akan meninggal. Berulang kali aku memejamkan mataku di kamar kost membayangkan Ibu yang terkena Eklamsi tersebut, belum ditambah dengan berat beban yang harus ia bawa selama 9 bulan, dan berulang kali aku menangis. Sekarang aku justru menyesal karena tidak bisa menuntaskan peranku sebagai ibu Eklamsi itu dengan baik.
Menurut hasil browsing di Internet:
Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi, edems, proteinuri) .
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai suatu “ Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.
Gejala Klinis Eklamsi
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan atu hiperefleksi)
1. Kejang-kejang atau koma
Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.
Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma.
2. Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ.

Kata Kang Wimba, kalau itu sampai terjadi maka organ yang pertama rusak adalah ginjal, karena otak akan memerintahkan tubuh si Ibu untuk mengorbankan orang yang paling jauh dari Otak, namun lama kelamaan orang yang rusak akan semakin naik dari ginjal, hingga mungkin dapat menyebabkan kematian sang Ibu yang berarti juga kematian bagi bayinya juga.
Aku tidak akan mungkin bisa membayangkan menjadi seorang yang akan berbahagia, namun tiba-tiba kebahagiaan itu direnggut oleh tekanan darah tinggi. Mungkin ini juga menjadi salah satu penyebab mengapa angka kematian ibu dan anak di negeri kita tercinta ini cukup besar, mungkin ada baiknya pemerintah dan keluarga memperhatikan gizi ibu hamil. Dan untuk diriku sendiri, aku ingin lebih menghargai ibuku sendiri, karena suatu saat aku akan menjadi seorang ibu juga, entah kapan waktunya, hanya Allah SWT yang tahu. Melalui peran ini aku sadar, bahwa menjadi Ibu adalah sebuah peran terindah, sekaligus peran tersulit, Okaasan Aishiteru yo (T^T).















P.S ini cuman gambaran yang bisa Dechan bayangin, kalo ada yang kurang silahkan ditambahkan melalui komen!