Rabu, 24 November 2010

Tangerang Tragedy part 2

30 Oktober 2010
Aku terbangun jam 4 pagi, soalnya ada panitia yang ngebangunin, dia bilang acara hari ini padet banget, jadi diusahakan semua cepet mandi terus shalat subuh di aula, soalnya ada ceramah (cenah). Yo wiiiss aku pergi mandi, dan ternyata semua kamar mandi udah penuh sama orang-orang yang mau melakukan ritual pagi (ya... mandi pagi, ya gosok gigi, ya cuci muka, ya ritual jongkok pagi-pagi (ngerti ga bagian ini? soalnya aku sama Teh Ina terkena Ritual ini)). Aku-pun akhirnya rela untuk mandi di tempat cowok (tadinya ga mau lha... ntar aku dibilang tokek racun lagih!!!), dan terpaksa terlambat shalat subuh. Dan bersiap-siap untuk mengikuti acara selanjutnya, “S.A.R.A.P.A.N”, jiahahahahahahha aku kayak lupa lagi mo lomba dde kalo udah ketemu sama makanan!!! Aku akhirnya ngambil bungkusan nasi, ambil sendok, handsanitizer, dan sesajen-sesajen lain untuk ritual makan kali ini kayak kerupuk, keripik n’ oonnya aku ga bawa keduanyahh. Perlahan-lahan kubuka karetnya, dan... oooww.... masa’ sarapan ama telor balado!!!??? Kalo tempe sii iyah bisa dijadiin sarapan, tapi telor balado??? Coba dulu deh... pedes ga si balado telornya, aku potong sedikit si telor balado, campur ama nasi, dan hap.... buaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhh!!!!!!!!!!!!! Aku udah kayak naga ngamuk aja, kayaknya ada api keluar dari mulut aku. Dengan perut yang sakit karena nyobain sesendok telor balado, aku lanjutkan makanku yang tertunda itu. Oonnya tu telor balado sama tempe aku sengaja campur, tadinya aku pikir ga pedes kayak bayangan aku, ohh... my lovely stomach.
Wokehh, singkat cerita akhirnya kita satu kontingen baris buat ngebahas teknis lomba.




popotoan sebelon lomba yoooo!!!!



Aku, Mba’ Fitri, Mba’ Lelih, Mba’ Irma, Teh Ina sama Teh Muti ada di voli, kita-pun ikutan tehmit mendadak, aku sendiri juga baru tahu teknis lombanya kayak gitu, ga ada W.O, sistem gugur dll. Wokehhh kita semua udah ngerti, n’ let’s go kita main!!!!




berdo'a sebelon mulai tanding hmmm.....




Anak-anak badminton (Mba’ Hindun, Teh Gina, Kang Andi) udah ga keliatan batang idungnya pertanda mereka telah meninggalkan lapangan dan menuju ke aula untuk mengikuti pertandingannya masing-masing.


Tiga orang yang batang idungnya ilang duluan (menurut akuuuhhh!!!) ama anak-anak se jurus di Tangerang




Bagaimana keadaan anak-anak basket dan yang ada di stand??? Yahh... sepertinya mereka cukup tegang, maklum sistem latihan kebut semalam. Yahh berjuang weh lahh kita mah, akhirnya si pertandingan voli dimulai dan hasilnya lumayan bagi orang yang baru maen voli meski kalah. Yang jelas kekalahan kita adalah kekalahan yang terhormat karena kita sempat berjuang dahulu, ya... menurutku itu lebih baik daripada kemenangan yang diraih tanpa adanya perjuangan. Lantas kita terima dengan lapang dada apa hasil voli kala itu. Yukk beralih ke basket putra, satu kata yang (sebetulnya) aku ingin katakan sama tim basket putera analis, “nyawa kalian berapa sih???” maennya itu beuhh... semangat banget!!! Apalagi sang ketua kontingen yang notabene baru selesai badminton, “akang sarapan naon tadi pagi tehh baterenya ga abis-abis???” yahh dua pertanyaan geje itu nyangkut di tenggorokanku, akhirnya kata yang keluar adalah, “a...nalis...a...nalis... wirwir yang wirwir yang dum dum check dum dum check, wirwir yang wir wir yang dum dum check dum dum check, cikicikicik bum bum bum, cikicikicik bum bum bum, dum checkcheck dum check, dum check check dum check” yang kurang lebih artinya adalah, “maju analissss!!!” dalam bahasa negara Urukutukkurukutuk. Dan ternyata bener, karena semangat hari sumpah pemuda kemaren masih nempel di badan anak-anak basket putra, didorong dengan keinginan luhur, maka Analis Bandung dinyatakan menang dalam pertandingan pertama, horeeee!!!!





Faisal: "pppepepepepemirsa, kita ga akan kalah!!! tenang"


Setelah menyaksikan pertandingan itu, aku agak malas untuk kembali ke lapangan. Aku memutuskan untuk ikutan berjaga di stand, dan belajar menentukan golongan darah orang. Senangnyah hatiku aku bisa nentuin darah temanku kini aku tertarik untuk belajar hematologi. Youks cape nih nentuin darah temen.




Teh Nandin: iya sabar bu, pak, disini emang ga jual kambing guling bu... biasanya kita jual kodok kuah HCl
Haris: ahh amannya mahh gue diem aja kaleee!!!



Esh tunggu dulu, Kang Ganjar nyruh beliin es buat reagennya, olret aku lari!!! Ujarku sambil berlari secepat Kobayakawa Sena a.k.a eyeshield 21. Dengan uang seribu rupiah, aku akhirya berhasil membawa segelas es ketangan Kang Ganjar dalam keadaan segar



Kang Ganjar: Des, pang meserkeun ci es ka kantin! tong lila nya!!! mun lila di PPS ulang geura!!! lamun leuwih lila, nginum HCl maneh!!!!
Akuh: wadaw!!! (gag keliatan soal.a langsung lari)



akhirnya kuputuskan untuk kembali ke barak, dan mulai membentuk huruf-huruf untuk keperluan parade nanti malam. Lalu datanglah Mba’ hindun yang mengabarkan bahwa pertandingan basket bagian kedua bakal dilaksanakan, hu’uh aku nonton dunk, tapi di hasil akhir pertandingan ke dua kita kalah, that’s all right boyz. Ya ga apa-apa lahh kan yang jelas kita bertarung dulu, ada perjuangan untuk mencapai sesuatu. Hal ini terulang pada pertandingan voli putra, tapi kita tetap berjiwa besar untuk menerimanya.
Aku kembali melaksanakan tugas sebagai seorang koord seni yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan pengkonsepan penampilan dan parade Analis Kesehatan. Yahh aku bersama tim akhirnya membuat papan untuk parade, sementara yang lain terlelap karena akibat begadang yang berlebih ditambah bangun yang terlalu pagi. Ditengah-tengah asyiknya kita mengerjakan untuk parade tiba-tiba datanglah Mba’ Lelih belari-lari menuju kita sambil mengucapkan, “eh analis main lagi!!!” woww!!! Tentunya aku semangat lahh buat nonton, berarti kebanggaan nii. Kita semua semangat untuk mensupport tim kebanggaan kita. Segala perlengkapan yel-yel dari mulai botol bekas, galon, dan semangat 45 yang menggebu-gebu di dada, kita datang ke lapangan basket. Dan ternyata memang anak-anak analis sedang bersiap-siap, sementara itu para panitia memutuskan bahwa jika tidak ada satupun kontingen kita,maka kita dianggap kalah, yupz kalian benar (naon atuh Dechan!!!???)!!! pemain yang paling pertama keluar adalah kang Andi, (mungkin) dengan semangat perjuangan para pahlawan yang ada dalam dirinya dia melaju mantap menuju lapangan basket, otomatis perwakilan dari kontingen kita telah hadir di lapangan. Dan otomatis pertandingan harusnya bisa ditunda, karena kita punya wakil yang ada di lapangan (tentunya siap bermain dengan lincah lahh...), disusul dengan anak-anak analis yang lain. Langkah, demi langkah mereka membuat kami semua hampir ketakutan seperempat mati, tapi dari langkah mereka lah kita berharap. Eeeeehhhh... padahal tinggal selangkah lagi masuk lapangan, dengan sadisnya (mungkin si wasit buta ato rabun senja, ga ngerti deh, tapi kenapa dia ga ngeliat kang Andi dilapangan yakk???) si wasit menyatakan kita kalah W.O!!!??? huaaaaaaahhhhhhh!!!! Semua anak-anak Analis marah semarah-marahnya, benci sebenci-bencinya, padahal kan kita udah ada wakil di lapangan. Merasa di bohongi panitia, Kang Andi langsung keluar dari lapangan basket, dengan kesal ia memukul (ato menyabet yak??? Terserah pake kata yang mana lahh) pohon kecil yang ada di pinggir lapangan setelah itu aku ga ngeliat lagi kemana perginya Kang Andi. Kita anak-anak Analis tau apa artinya, grup lawan malah bersenang-senang (heee... menang W.O juga bangga!!!><), aku juga ga bisa ngapa-ngapain. Akhirnya aku putusin untuk ke pinggir lapangan, aku juga sedih, kok bisa sih kita diperlakukan seperti itu!!! Aku bener-bener marah sama www.bem, karena ga abis pikir, dan ga bisa ngapa-ngapain akhirnya aku cuman bisa nangis. Sempet nyesel juga, kenapa aku harus ikut? Kenapa harus ikut lomba? Kalau jadinya diperlakukan kayak gini? Tapi aku inget lagi konsekuen awal aku, “lebih baik kalah dalam pertandingan dengan melakukan perjuangan terlebih dahulu, daripada menang tanpa ada perjuangan” aku juga sempet mikir, ‘apa yang mereka banggakan? Juara 3? Dapet piala? Tapi piala itu kosong tak berarti’aku lihat lagi lapangan, kulihat beberapa dosen pembimbing kita dan beberapa teman-temanku berunding dengan pihak panitia yang tidak adil itu. Sebagian lagi sedang mencaci para panitia yang benar-benar berat sebelah. Aku? Terdiam tanpa bisa melakukan apa-apa, aku seperti tersedot dalam lubang hitam nan kelam, yang tiada batas ujungnya, yang tidak pasti akhirnya, hingga aku melupakan kata-kata dosen baik hati itu, “jangan bengong Dessy” ya, akhirnya aku bengong.
Para panitia tetap bersikukuh bahwa merekalah yang benar, padahal mereka sendiri yang tidak membuat aturan W.O dalam setiap pertandingan olahraga. Aku tidak mengerti permasalahannya, namun aku mengerti apa yang dirasakan oleh kami semua. Dengan muka yang sedih, dendam, marah, akhirnya kami dipersatukan oleh Dosen pembimbing kami dalam sebuah ‘rapat darurat’ di lapangan futsal. Disanalah kami mengeluh, Dosen mengeluh (good newsnya kita bersama lagi dengan ketua kontingen kita \(T0T)/ hiks...hiks...), kami mencurahkan apa yang kami rasakan waktu itu. Sempat terlintas di pikiranku, ‘bu, kita ga mundur aja?’ tapi ternyata Dosen pembimbing memberitahukan kepada kita (menurutku seolah-olah beliau dapat membaca apa yang aku pikirkan ketika itu) bahwa, “jika kita mundur, maka mereka akan mencap mental kita buruk, jika kita anarkis, mereka juga akan mencap kita buruk, dan suatu saat mereka akan melakukan hal yang serupa untuk menyerang mental kita” kalimat itu membuka mataku lebar-lebar, walau persiapan seadanya tapi toh kita nekat juga datang kesini, kata-kata itu benar-benar tertanam dalam hatiku (mudah-mudahan teman-teman juga) kita semua mencoba untuk berbesar hati. Dan akhirnya kita mengikuti acara selanjutnya. Eeeehhh... mereka masih tetep aja kayak gitu, masa’ mereka dengan entengnya membalikkan jawaban yang benar, hufth... kami kalah lagi dehh.
Berbekal pengalaman itulah, akhirnya kami sepakat untuk membuat drama, dimana aku adalah script writernya. Ceritanya simpel, tapi itu cukup mewakili perasaan kita yang kacau balau gara-gara peristiwa aneh tadi. Setelah proses penyeleksian cerita akhirnya naskahku terpilih, begini ceritanya,


Teteh dan Akang dua pasang pemuda-pemudi yang saling mencintai
Ketika mereka sedang bersama, datanglah 2 orang yang hendak memisahkan mereka
2 orang itu bernama TIDAK dan ADIL
Akhirnya mereka tetap berpisah karena ulah TIDAK dan ADIL itu
Akang akhirnya meratapi kepergian Teteh, dan marah terhadap TIDAK dan ADIL.
(jiahahahahahahaha siga pujangga wae c Dechan tehh!!!)



Wokiiii!!! Konsep udah ada, segera Kang Andi memerintahkan untuk menunjuk siapa pemerannya, terpilihlah... Karyo sebagai Akang, Mba’ Lelih sebagai Teteh, Kang Ramdan sebagai Tidak, dan bacil sebagai adil. Hwehwehwehwehwe kali ini aku ga bingung, tapi aku bingung masalah parade, gimana caranya mereka tau yakk? Padahal ngedenger aku aja jarang lho??? Hmmm... puter balik jungkar jungkir otak. Okeh kasih tau aja seperti biasa, what’s masii ga ada yang mau respek..... grrrrrr.... GILIRAN DECHAN YANG MARAAAAAAAAAAHHHH!!!!! Oops... ada senior disana, bukan cuman angkatan aku ajah???!!! (huwaaaaaa..... akang teteh punten pisan....(nangis-nangis bari sujud)). Singkat cerita, parade dan drama berjalanlah seperti apa yang diharapkan. Selesai acara, kita ga nonton kontingen lain, malah kita asyik minum kopi sambil gitaran, nyanyi-nyanyi, ngelucu, ngapain ajahlah, yang jelas dimata kita tempat itu serasa punya kita, semua yang ada berarti numpang, keculai batur sejurus, sama batur sakomplek. Ketika yang lain mau tidur, kita dengan asyiknya masih ada di lapangan. Sampe akhirnya kita tidur paling akhir diantara kontingen lain.

Tidak ada komentar: